Dibanding orang Timur Asia seperti bangsa Cina, India dan Arab, mengapa orang Jepang di Asia Tenggara masa kolonial tercerabut dan kembali ke negaranya. Di masa tersebut, berbagai perusahaan Jepang telah menancapkan kekuatan ekonominya, seperti Hiroichiro Ishihara yang mengolah bijih besi Malaysia; PT. Mitsui Bussan (sekarang Mitsui Corporation); Mitsubishi Shoji (sekarang Mitsubishi Corporation) yang berkedudukan di Surabaya; perusahaan pelayaran Yamashita Kisan dan berbagai bank Jepang di Singapura, dan sentra-sentra perkebunan abaca di Filipina. Demikian pula berbagai profesi orang Jepang mulai dari pelacur, tukang judi, buruh perkebunan dan pertambangan sampai pada pengusaha besar tercakup di koloni Asia Tenggara ini,
Orang Jepang di Koloni Asia Tenggara Saya Siraishi dan Takashi Shiraishi ini berupaya menjelaskan keterkaitan erat para ekspatriat Jepang dengan negeri induknya. Tokyo terus memonitor dan mengekploitasi komunikasi ekspatriat demi martabat bangsa Jepang yang saat itu menjadi warga kelas satu. Nipposisasi menjadi standardisasi pergaulan, pendidikan, rekrutmen pegawai, pembentukan perhimpunan. Nasionalisme Jepang inikah yang menyebabkan ekpatriat Jepang mudah larut dalam kebijakan militarisme pusat kekuasaan di Tokyo, dan begitu Jepang kalah, komunitas inipun tercerabut begitu saja?
Yayasan Obor Indonesia bertujuan memperluas dan memperdalam wawasan kepentingan hakiki masyarakat pembaca Indonesia dalam bidang kebudayaan, filsafat, lingkungan, demokrasi, hak asasi manusia, demi terciptanya masyarakat yang terbuka pada pertukaran pikiran, menuju tegaknya tata nilai luhur etika dan integritas moral sebagai landasan hubungan antar manusia.
Untuk itu Yayasan Obor Indonesia menerbitkan dalam bahasa Indonesia, dan jika diperlukan dalam bahasa asing, karya-karya di bidang pengetahuan alam dab sosial, budaya, filsafat dan agama, informasi dan komunikasi, ilmu dan teknologi, buah tangan penulis dan cendekiawan Indonesia dan negeri asing.
Orang Jepang di Koloni Asia Tenggara Saya Siraishi dan Takashi Shiraishi ini berupaya menjelaskan keterkaitan erat para ekspatriat Jepang dengan negeri induknya. Tokyo terus memonitor dan mengekploitasi komunikasi ekspatriat demi martabat bangsa Jepang yang saat itu menjadi warga kelas satu. Nipposisasi menjadi standardisasi pergaulan, pendidikan, rekrutmen pegawai, pembentukan perhimpunan. Nasionalisme Jepang inikah yang menyebabkan ekpatriat Jepang mudah larut dalam kebijakan militarisme pusat kekuasaan di Tokyo, dan begitu Jepang kalah, komunitas inipun tercerabut begitu saja?
Yayasan Obor Indonesia bertujuan memperluas dan memperdalam wawasan kepentingan hakiki masyarakat pembaca Indonesia dalam bidang kebudayaan, filsafat, lingkungan, demokrasi, hak asasi manusia, demi terciptanya masyarakat yang terbuka pada pertukaran pikiran, menuju tegaknya tata nilai luhur etika dan integritas moral sebagai landasan hubungan antar manusia.
Untuk itu Yayasan Obor Indonesia menerbitkan dalam bahasa Indonesia, dan jika diperlukan dalam bahasa asing, karya-karya di bidang pengetahuan alam dab sosial, budaya, filsafat dan agama, informasi dan komunikasi, ilmu dan teknologi, buah tangan penulis dan cendekiawan Indonesia dan negeri asing.
Info Buku | |
ISBN | 797-461-301-0 |
Dimensi | 14 x 21 cm |
Jenis Cover | Softcover |
Jenis Kertas | HVS |
Berat | 340 g |
Jumlah Halaman | vi + 282 halaman |
Tahun Terbit | 1998 |
Penerbit | Yayasan Pustaka Obor Indonesia |
Orang Jepang di Koloni Asia Tenggara (POD)
- Penulis: Saya Shiraishi dan Takashi Shiraishi (Penyunting)
- Ketersediaan: Print On Demand (POD)
-
Rp.0
Produk Terkait
Tags: Jepang, Koloni, Asia Tenggara, Saya Shiraishi, Takashi Shiraishi