Buku ini merupakan cahaya di tengah gulita yang menyenandungkan kisah
heroisme Teungku Husin Lueng Bata. Selaksa peristiwa yang dijelajahinya
senantiasa aktual untuk ditelaah di era posteknologi seperti sekarang
ini, kendati raganya hancur menyatu dengan debu waktu, namun suaranya
akan tetap menggelegar dari liang lahatnya.
Yang terpenting dari semua ini adalah upaya memekarkan pekik sorak patriotisme dan nasionalisme yang kian pudar. Keberanian Teungku Husin mengusir Belanda dengan segala kepongahannya, tak ubahnya seperti perjalanan sebuah bangsa yang menghadapi badai besar berupa cobaan yang mendera, baik dari luar maupun dari dalam. Terlebih penjajahan yang tervisualisasi di masa ini adalah penjajahan ide, yang kerap kali mengaburkan pandangan. Terlihat baik namun jahat. Di era kekinian, memupuk patriotisme dan rasa cinta akan kebangsaan, persaudaraan, dan visi kemandirian, merupakan nilai-nilai keutamaan yang dapat dipetik dari kisah heroic Husin Leung Bata.
Belum lagi ketika menimbang keadaan sosial tempat Husin Lueng Bata berjuang, segera tubuh ini dilemparkan ke ranah penuh dengan kegetiran, ketakutan, namun tersembul pula keinginan untuk angkat senjata melawan segala bentuk penindasan. Nah, di era kontemporer, persiapan untuk berjuang tentu lebih kompleks dan beragam. Banyak hal yang harus dilakukan untuk mendandani keindonesiaan yang kian abstrak ini.
Yang terpenting dari semua ini adalah upaya memekarkan pekik sorak patriotisme dan nasionalisme yang kian pudar. Keberanian Teungku Husin mengusir Belanda dengan segala kepongahannya, tak ubahnya seperti perjalanan sebuah bangsa yang menghadapi badai besar berupa cobaan yang mendera, baik dari luar maupun dari dalam. Terlebih penjajahan yang tervisualisasi di masa ini adalah penjajahan ide, yang kerap kali mengaburkan pandangan. Terlihat baik namun jahat. Di era kekinian, memupuk patriotisme dan rasa cinta akan kebangsaan, persaudaraan, dan visi kemandirian, merupakan nilai-nilai keutamaan yang dapat dipetik dari kisah heroic Husin Leung Bata.
Belum lagi ketika menimbang keadaan sosial tempat Husin Lueng Bata berjuang, segera tubuh ini dilemparkan ke ranah penuh dengan kegetiran, ketakutan, namun tersembul pula keinginan untuk angkat senjata melawan segala bentuk penindasan. Nah, di era kontemporer, persiapan untuk berjuang tentu lebih kompleks dan beragam. Banyak hal yang harus dilakukan untuk mendandani keindonesiaan yang kian abstrak ini.
Info Buku | |
ISBN | 978-979-461-855-4 |
Dimensi | 24 x 16 cm |
Jenis Cover | Softcover |
Jenis Kertas | Book Paper |
Berat | 480g |
Jumlah Halaman | xiv + 430 halaman |
Tahun Terbit | 2014 |
Penerbit | Yayasan Pustaka Obor Indonesia |
Catatan Pinggir Sejarah Aceh
- Penulis: Prof. Dr. M. Dien Madjid
- Ketersediaan: Tersedia
-
Rp.85.000
Produk Terkait
Di Belanda tak seorang pun mempercayai saya: Korban metode Westerling di Sulawesi Selatan 1946-1947 - CU 2
Pada bulan Juli 1946 Piet Hidskes mendaftarka..
Rp.90.000
Tags: Catatan, Pinggir, Sejarah, Aceh, Prof. Dr. M. Dien Madjid