Relasi Bugis-Melayu yang dibahas buku ini tentu hanya satu contoh kasus dari apa yang disebut sebagai jantung kehidupan sosial-politik masyarakat Indonesia. Relasi etnis sudah berlangsung lama dan kini umum terdapat di setiap penjuru negara-bangsa ini, yang secara historis-sosiologis memang menjadi rumah bagi massa yang beragam. Hal penting dari hubungan Bugis-Melayu di Riau-Johor terletak pada proses-proses historis yang jauh melampaui pertemanan sosial dan hubungan politik; justru, relasi tersebut telah mendorong lahirnya pemikiran baru untuk membangun sistem kemasyarakatan dan mekanisme pengelolaan kekuasaan.
Tuhfat al-Nafis karangan Raja Ali Haji (1809-1872) memberi kita narasi historis bagaimana proses-proses relasi etnis tersebut berlangsung, utamanya setelah kesepakatan power sharing antara Bugis dan Melayu di kerajaan Riau-Johor pada 1722. Teks yang selesai ditulis pada 24 November 1866 itu tampil sebagai dedicated historiography untuk menyuguhkan suatu rekonstruksi sejarah bagaimana perbedaan dan konflik etnis berada dalam kerangka budaya politik berorientasi-raja, sehingga melahirkan tradisi bina-kerajaan yang terbukti efektif bagi kemajuan Riau-Johor di barat Nusantara pada abad ke-18.
Info Buku | |
ISBN | Masih dalam proses |
Jenis Cover | Soft Cover |
Jenis Kertas | Bookpapers |
Jumlah Halaman | x+258 hlm |
Tahun Terbit | 2025 |
Penerbit | Yayasan Pustaka Obor Indonesia |
Narasi Sejarah Relasi Bugis-Melayu: Tuhfat al-Nafis dan Riau-Lingga Abad ke-19
- Yayasan Pustaka Obor Indonesia
- Penulis: Jajat Burhanudin
- Ketersediaan: Pre-Order
-
Rp.0
Produk Terkait
Isu Keliyanan dan Resistensi dalam Ruang Kolonial: Menelisik Tiga Novel Jepang
Buku ini menyajikan hasil penelitian sastra poskol..
Rp.0
Pantun Asia Tenggara: Tradisi Lisan, Ritual, dan Pengetahuan Alam Semesta
Buku ini disusun sebagal salah satu tanggung jawab..
Rp.0
Transformasi Ketenagakerjaan: Menyentuhkan Optimisme Indonesia Maju
Periode 2019-2024 telah menjadi masa yang penuh ta..
Rp.0
Tags: Narasi Sejarah Relasi Bugis-Melayu: Tuhfat al-Nafis dan Riau-Lingga Abad ke-19