Buku ini memperkaya khasanah pustaka tentang keberadaan Orang Asli Papua di daerah selatan Papua, khususnya Suku Wambon di Kampung Aiwat, yang secara administrasi pemerintahan dan politik berada di daerah ‘frontier’, daerah yang kaya dan menjadi rebutan, sasaran perluasan modal oleh korporasi transnasional maupun kelembagaan ekonomi penduduk migran semenjak zaman kolonial Belanda dan “zaman terang”, yang mengendalikan sistem sosial ekonomi dan memporak-porandakan struktur sosial masyarakat di kampung. Kajian ini menyajikan secara lengkap situasi etnografi dan relasi Suku Wambon dengan tanah dan hutan, situasi yang berubah, disharmoni dan perpecahan antara kelompok masyarakat, kebijakan dan pemaksaan yang mengeksklusi mereka, kontradiktif dengan amanat Undang Undang Otonomi Khusus Papua yang melindungi hak masyarakat adat. Terpapar kontradiksi sosial yang tidak adil membuat kesadaran kritis masyarakat adat di Kampung Aiwat untuk melawan ‘resistensi tiap hari’ dan mengembangkan prakarsa dalam berbagai bentuk aksi dan praktik. Membentuk kelompok usaha, penancapan salib berwarna merah, menolak menghadiri pertemuan negosiasi, berjejaring dengan organisasi masyarakat sipil dan gereja. Pengambil kebijakan negara, korporasi, pengelola program pembangunan, institusi keuangan, lembaga internasional, dan para pihak berkepentingan lainnya, perlu dan penting membaca buku ini, untuk berpikir cerdas dan menghasilkan kebijakan maupun tindakan yang bijaksana dalam memajukan dan memenuhi hak-hak Orang Aiwat, Suku Wambon, dan Orang Asli Papua.
Franky Samperante, Direktur Yayasan Pusaka Bentala Rakyat
Membaca fakta riil dari hasil riset di Boven Digoel ini menyakitkan bagi saya sebagai orang Papua. Namun di satu sisi, data-data ini membantu membongkar narasi palsu pemerintah Indonesia tentang keberhasilan pembangunan yang memanusiakan Orang Papua. Penjarahan kekayaan alam, deforestasi masif, perampasan lahan masyarakat bahkan difasilitasi dan dikawal oleh negara yang berkolaborasi dengan rezim kapital global. Potret ketidakhadiran negara benar-benar tersaji secara gamblang dalam tulisan ini. Terima kasih tak terhingga bagi para penulis yang membantu kami dan seluruh masyarakat Papua dengan menyediakan bukti otentik bahwa masih terjadi penjajahan melalui pembangunan terhadap orang Papua. Penelitian dan hadirnya buku ini adalah bagian dari gerakan penyelamatan kehidupan Orang Papua yang sedang termarginalkan dan menjadi kaum minoritas di atas tanahnya sendiri.
Esther Haluk, Aktivis Gerakan Rakyat Demokratik Papua (GARDA-P)
Info Buku | |
ISBN | 978-623-321-187-1 |
Dimensi | 14,5 x 21 cm |
Jenis Cover | Soft Cover |
Jenis Kertas | Bookpaper |
Berat | 250 gram |
Jumlah Halaman | xliv + 212 hlm |
Tahun Terbit | 2022 |
Penerbit | Yayasan Pustaka Obor Indonesia |
Merebut Kendali Kehidupan: Perjuangan Orang Wambon di Boven Digoel Menghadapi Serbuan Investasi
- Yayasan Pustaka Obor Indonesia
- Penulis: Elvira Rumkabu, DKK
- Ketersediaan: Tersedia
-
Rp.136.000
Produk Terkait
Tags: Merebut Kendali Kehidupan: Perjuangan Orang Wambon di Boven Digoel Menghadapi Serbuan Investasi, papua