Dalam Pembalasan Dendam Diponegoro, Martin Bossenbroek menyampaikan kisah besar tentang awal dan akhir Hindia Belanda yang penuh kekerasan, sesuai dengan yang dialami tokoh-tokoh pemeran utama dari kedua belah pihak. Martin Bossenbroek mengisahkan secara menarik dua episode dalam sejarah kolonial Belanda di Hindia Belanda. Episode pertama yang dilukiskannya adalah perang besar “Perang Jawa” , pada awal abad ke-19. Episode kedua adalah masa awal abad ke-20, masa perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia dan akhir penjajahan Belanda. Subjudul buku oleh penulis disebut: “Awal dan Akhir penjajahan Belanda”
Bagian pertama, membahas Perang Jawa atau Perang Diponegoro (1825-1830). Setelah bertahun-tahun melakukan perlawanan secara besar-besaran menentang Hendrik de Kock, komandan tentara Belanda yang acuh tak acuh dan dingin, Pangeran Diponegoro berhasil dikalahkan. Perlawanan yang dilakukan oleh Diponegoro merupakan sebentuk perlawanan yang melampaui jamannya. Hal ini karena perlawanan tersebut tidak sekedar berakar pada masalah internal di kalangan elite tradisional. Perang Jawa menjadi suatu titik penting dalam sejarah Indonesia, karena dalam perang ini dukungan masyarakat yang luas diberikan kepada Diponegoro, mempunyai empati mendalam terhadap penderitaan sosial ekonomi yang dialami oleh rakyat kebanyakan.
Di bagian kedua, yang membahas perang dekolonisasi (1945-1949), Sukarno, pemimpin nasionalis yang karismatis dan terinspirasi oleh Diponegoro, sukses menyatukan segala kekuatan melawan ‘gubernur terakhir’, Huib Van Mook, pemimpi yang gigih.
Melalui tokoh Diponegoro, Bossenbroek mengupas berbagai perspektif terbaru tentang realita kolonialisme yang dipahami dalam konteks masyarakat Belanda dan Indonesia. Sebagai penulis Belanda dapat dimengerti jika konteks perspektif Belanda lebih kuat dan lebih jelas terartikulasi jika dibandingkan dengan sudut pandang Indonesia dalam memandang realita era penjajahan. Meski demikian, Bossenbroek terlihat jelas berusaha bersikap adil dan upayanya untuk menyajikan pandangan seobjektif mungkin. Dalam dunia pergerakan Indonesia dan perjuangan untuk meraih kemerdekaan, Diponegoro telah menjadi sumber inspirasi tentang kekuatan yang dapat dibangkitkan oleh masyarakat Indonesia untuk menentang dominasi dan hegemoni negara kolonial
Tokoh Diponegoro ditempatkan oleh Bossenbroek untuk mempertemukan pandangan yang diametral antara posisi Belanda dan Indonesia dalam periode revolusi kemerdekaan (1945-1949). Contohnya adalah “posisi yang salah” dari tokoh-tokoh penting dalam penegakan kekuasaan kolonial Belanda, yaitu Jendral de Kock dari masa Perang Diponegoro dengan van Mook yang menjadi tokoh penting Belanda di era Revolusi Kemerdekaan Indonesia.
Pembalasan Dendam Diponegoro adalah epos luar biasa dalam dua babak, mengisahkan adu kekuatan yang dahsyat antara harimau (Belanda) dan kerbau (Indonesia).
Info Buku | |
ISBN | 978-623-321-253-3 |
Dimensi | 16 x 24 cm |
Jenis Cover | Soft Cover |
Jenis Kertas | Bookpaper |
Berat | 730 gram |
Jumlah Halaman | xiv + 666 hlm |
Tahun Terbit | 2023 |
Penerbit | Yayasan Pustaka Obor Indonesia |
Pembalasan Dendam Diponegoro
- Yayasan Pustaka Obor Indonesia
- Penulis: Martin Bossenbroek
- Ketersediaan: Tersedia
-
Rp.210.000