Pada 17 Agustus 1945, dua hari setelah Jepang menyerah, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Belanda menolak mengakui proklamasi kemerdekaan tersebut dan beralih menggunakan kekuatan militer guna mengambil kendali proses dekolonisasi yang tak terelakkan. Alhasil, perang yang sengit serta negosiasi yang pelik berlangsung selama empat tahun penuh.
Pada
tahun 2005, pemerintah Belanda menyatakan bahwa Belanda tak seharusnya mengobarkan
perang di Indonesia. Sebelumnya, sejak 1969, pemerintah Belanda berpendirian teguh
bahwa meskipun terjadi ‘ekses-ekses’, angkatan bersenjata Belanda secara
keseluruhan berperilaku sesuai aturan selama perang berlangsung.
Akan tetapi, sehubungan
dengan semakin menguatnya indikasi kekerasan ekstrem angkatan bersenjata
Belanda selama perang, pendirian pemerintah Belanda tersebut tak lagi dapat
dipertahankan. Pada tahun 2016, pemerintah belanda memutuskan untuk mendanai kajian
luas ihwal dinamika perang. Kesimpulan-kesimpulan
terpenting dari kajian tersebut dimuat dalam buku ini. Para penulis dalam buku
ini menjabarkan betapa angkatan bersenjata Belanda menggunakan kekerasan
ekstrem secara struktural, dan bagaimana kekerasan ekstrem tersebut
ditutup-tutupi selama bertahun-tahun setelah perang berakhir. Kekerasan ekstrem
tersebut, seperti halnya keseluruhan sejarah kolonial Belanda, meruntuhkan citra
baik yang selama ini disematkan Belanda pada dirinya sendiri.
Info Buku | |
ISBN | 978-623-321-227-4 |
Dimensi | 16 x 24 cm |
Jenis Cover | Soft Cover |
Jenis Kertas | Bookpaper |
Berat | 550 gram |
Jumlah Halaman | xviii + 487 hlm |
Tahun Terbit | 2023 |
Penerbit | Yayasan Pustaka Obor Indonesia |
MELEWATI BATAS: Kekerasan Ekstrem Belanda dalam Perang Kemerdekaan Indonesia, 1945-1949
- Yayasan Pustaka Obor Indonesia
- Penulis: Tim Penulis ODGOI
- Ketersediaan: Tersedia
-
Rp.180.000
Produk Terkait
Tags: MELEWATI BATAS: Kekerasan Ekstrem Belanda dalam Perang Kemerdekaan Indonesia, 1945-1949