Pulau Jawa pada saat ini sedang mengalami krisis ekologi dan kebencanaan, terutama di wilayah pesisir, sering terdampak perubahan iklim ekstrem, dengan curah hujan tinggi hampir sepanjang tahun. Kota-kota di wilayah pesisir berisiko tinggi terpapar kebencanaan mulai dari bencana perubahan iklim, banjir, rob, tanah amblas, krisis air bersih, longsor, gelombang tinggi, sampah plastik, hingga urban heat. Implikasi dari kebencanaan ini berkembangnya penyakit sosial, terutama di kawasan perkampungan kumuh kota yang dihuni oleh penduduk miskin. Kemiskinan dalam bebera hal berkelindan dengan kebencanaan. Padahal, ada sekitar 60 persen penduduk Indonesia bermukim di wilâyah pesisir.
Wilayah
pesisir berpotensi memiliki problematika dalam pelayanan dasarnya, terutama
dalam bidang kebijakan publik dan livelihoods
berkelanjutan. Buku yang ada di hadapan Anda ini berkeinginan menganalisis penerapan konsep resilient city atau kota tangguh bencana
dan social resilience atau ketahanan
sosial di perkotaan wilayah pesisir. Temuan penelitian menunjukkan upaya Pemkot
Semarang dan Jakarta Utara dalam penyiapan insfrastruktur kota untuk menghadapi
bencana, dan penataan kota yang mempertimbangkan keseimbangan ekologis, tetapi
belum terintegrasinya konsep kota tangguh bencana dengan konsep ketahanan
kota. Hasil kajian berkeinginan agar
pemerintah kota melakukan integrasi antara konsep ketahaan kota dengan
ketahanan sosial masyarakat sehingga tidak hanya kotanya yang tangguh tetapi
juga masyarakatnya memiliki ketahanan sosial. Terlebih Semarang saat ini masuk
ke dalam 100 resilient city, setara
dengan kota-kota di dunia.
Info Buku | |
ISBN | 978-602-433-596-0 |
Dimensi | 14,5 x 21 cm |
Berat | 210 gram |
Jumlah Halaman | xxiv + 184 hlm |
Tahun Terbit | 2018 |
Ketahanan Sosial dalam Kota Tangguh Bencana
- Penulis: Henny Warsilah
- Ketersediaan: Tersedia
-
Rp.85.000